Minggu, 28 Mei 2017

Pengibaran Bendera di Sungai Opak 2016

Upecara bendra di sungai Opak oleh warga bembem sebagai rasa syukur atas anugrah air yang melimpah

Sejumlah warga di Kabupaten Bantul cukup semangat dan antusias memperingati hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan ke-71 RI, Rabu (17/8/2016).
Beragam acara diselenggarakan dan dikemas secara unik, mereka juga bergotong royong untuk merayakan hari kemerdekaan menjadi hari istimewa.
Salah satunya, warga Dusun Bembem, Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul menggelar upacara bendera raksasa berukuran 16x6 meter di sungai Opak.
Suara drum band berpadu dengan nyanyian 17 Agustus menggema di sungai Opak yang membelah Dusun Bembem. Di bawanh jembatan gantung Bambu Runcing yang menghubungkan Dusun Bembem dengan Sindet, warga dari beragam usia menggunakan atribut merah putih dan topi khas pejuang berdiri, bersorak dan memekikkan kemerdekaan.
Para warga ini nampak khidmat saat bendera merah putih berukuran besar itu dibawa paskibraka dengan menggunakan pelampung dan melawan arus sungai.
Sembari menyanyikan lagu Indonesia Raya, suasana di tepi sungai tersebut terasa berbeda. Hati terasa bergetar melihat semangat warga mengisi dan merayakan perjuangan para pahlawan bangsa ini.
Sementara itu, bendera dari kain yang menghabiskan anggaran swadaya warga Rp 500 ribu lebih itu, perlahan mulai dikerek.
Menggunakan empat tali tampar berukuran kecil, awalnya bendera ini mau berkibar, mengembang, namun sempat terhempas angin dan putus talinya. Bendera ini, sempat gagal berkibar.
Sejumlah pemuda, langsung sigap berlari dan berenang memegang bendera agar tidak jatuh ke dalam air. Mereka berupaya mati-matian untuk tetap mengibarkan bendera, meski tali bendera itu putus.
Bendera Raksasa di Sungai Opak

Pengibaran Bendera di Bembem



#kampungbebem, #kampungair, #tukangsumur, #kampungsedotwc, #biusbeton, #tukangsumur

Kampung Bembem

Kampung ini letaknya di JL Imogiri Timur KM 12. Ditandai dengan mengalir sungai Opak di tengah tengah kampung. Cukup dalam airnya sehingga dapat di lalui oleh kapal. Saat ini sudah di bangun dermaga prahu dengan fasilitas 2 unit perahu bantuan dari dinas pariwisatas kab Bantul tahun 2012. Fasilitas yang lain dan tersedia adalah lapangan dan panggung besar. Lengkap dengan Listrik dari Pemkab Bantul.

Bantuan berupa dua unit perahu dan sejumlah beberapa bangunan permanen yang rencananya digunakan untuk ruang pameran kerajinan produk desa setempat sudah tak digunakan lagi dalam dua tahun terakhir. Dua perahu dibiarkan terparkir di dermaga yang dipenuhi tanah, sedangkan bangunan ruang pamer terlihat tak terurus dan beberapa bagian sudah rusak.

Warga Bembem Wetan, Zamzuri mengungkapkan, awalnya bantuan perahu akan digunakan untuk menghidupkan wisata air di dusunnya. Sebab Dusun Bembem dibelah oleh Sungai Opak yang memiliki debet air cukup besar dan cocok untuk wisata air perahu. Karena itu, dusun tersebut mendapatkan bantuan perahu beberapa tahun lalu. “Dulu sempat jalan, kalau akhir pekan pasti ramai, tapi cuma setengah tahun,” ungkapnya, kemarin.

Dulu, lanjut dia, untuk bisa menaiki perahu, pengunjung membayar retribusi Rp2.000 per orang. Perahu lantas melintas dari dermaga menuju ke bawah Jembatan Sindet yang letaknya sekitar 500 meter ke hilir. Awalnya minat pengunjung memang cukup banyak, tapi berangsur- angsur menyusut. Namun dua tahun ini perahu bantuan dari Dinas Pariwisata DIY tak digunakan lagi.

Berdasarkan penuturan Damin, alasannya dermaga untuk berlabuhnya perahu tersebut tertutup pasir erupsi Merapi. Jadi jika ingin digunakan, warga harus membangun getek atau anjungan dari bambu. “Dua tahun lebih, perahu-perahu itu mangkrak,” tuturnya.

Selain perahu, bangunan yang dulu digunakan untuk ruang pamer produk kerajinan pedukuhan Desa Trimulyo juga hampir tak pernah difungsikan. Bangunan baru diisi ketika desa mengadakan hajatan, seperti merti dusun atau pertunjukkan jathilan. Di sela-sela itu, tak pernah difungsikan karena jika tetap digunakan sebagai ruang pamer, pengunjungnya sama sekali tidak ada.

Sementara itu, warga Bembem Barat, Jamin menuding, mangkraknya bantuan lebih diakibatkan kurangnya promosi oleh pihak desa ataupun pengurus desa wisata. Sebetulnya kapal ini akan difungsikan karena masih bisa dijalankan. “Selain mesin (masih ok), aliran sungai masih memungkinkan untuk dilalui, tidak menghambat jalannya perahu. Masih bisa, tapi kalau hanya perahu kan pengunjung jadi jenuh,” paparnya.

Warga sekitar juga sudah berusaha melakukan pengerukan dermaga dan mencoba membuat fasilitas tambahan. Salah satunya membangun kolam renang. Namun proyek pembangunan kolam renang gagal. Terpisah, Penanggung Jawab (PJ) Lurah Desa Trimulyo Ruswanto membantah kalau dermaga dan dua unit perahu wisata itu mangkrak.

Dia beralasan operasional memang tak serutin dulu lantaran kedua unit perahu wisata itu masih dipakainya untuk menjamu tamu-tamu kunjungan. Pengelolaannya memang di tangan pemerintah desa karena sempadan sungai yang dipakai sebagai dermaga adalah tanah DesaTrimulyo. “Karena itu pemasukannya pun tetap berujung untuk kas desa. Meski nantinya tetap akan kami bagi dengan pengelola untuk keperluan operasional," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bantul Bambang Legowo menyayangkan mangkraknya bantuan Dinas Pariwisata DIY. Sebab bantuan ini sebenarnya diserahkan melalui lembaga yang dipimpinnya dan pengelolaannya diserahkan ke desa. “Lha kalau dibiarkan begitu saja, eman-eman. Lebih baik kami serahkan ke pihak lain yang bisa mengelolanya,” tandasnya.

Erfanto linangkung